Selasa, 16 Februari 2010

Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesiake International Financial Reporting Standards (IFRS)

Siaran Pers Ikatan Akuntan Indonesia


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari ini Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka Ulang tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana Indonesia untuk convergence terhadap International Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.
Compliance terhadap IFRS telah dilakukan oleh ratusan Negara di dunia diantaranya adalah Korea, India dan Canada yang akan melakukan konvergensi terhadap IFRS pada tahun 2011. Data dari International Accounting Standard Board (IASB) menunjukkan saat ini terdapat 102 negara yang telah menerapkan IFRS dengan berbagai tingkat keharusan yang berbeda-beda. Sebanyak 23 negara mengizinkan penggunaan IFRS secara sukarela, 75 negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk seluruh perusahaan domestik, dan empat Negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk perusahaan domestik tertentu.

Compliance terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui compliance maka laporan keuangan perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik. Selain itu, program konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital), meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penysusunan laporan keuangan.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di seluruh dunia.
Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas. Dewan standar akuntansi keuangan pada kesempatan ini juga akan menerbitkan Eksposur draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah. Standar UKM ini akan menjadi acuan bagi usaha kecil dan menenggah dalam mencatat dan membukukan semua transaksinya. DSAK juga akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pencatatan dan pelaporan keuangan transaksi syariah, yang terus berkembang di tanah air.Konvergensi terhadap IFRS merupakan milestone baru dari serangkaian milestone yang pernah dicapai oleh Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam sejarah perkembangan profesi akuntansi, khususnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan.

Sederetan milestone sebelumnya yang terkait dengan hal tersebut dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah diacapai sebelumnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)”. Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan mengkondifikasikannya dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994”. Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dengan deklarasi, yang dilakukan sedini mungkin, ini kami berharap entitas memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam mengantisipasi tahap demi tahap proses konvergensi yang dilakukan oleh IAI.
Pada HUT Ikatan Akuntan Indonesia yang ke 51 ini berkenan hadir Menteri Pendidikan Nasional RI, Prof. Dr. Bambang Soedibyo, Ketua BAPEPAM & LK, Dr. A. Fuad Rachmany dan Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroatmodjo. Selain beliau berdua, akan hadir pula para pengurus dan sesepuh Ikatan Akuntan Indonesia.
Pada kesempatan ini IAI juga memberikan penghargaan Achievement Award 2008 kepada tokoh-tokoh yang memberi kontribusi kepada pengembangan profesi akuntan yaitu kepada Prof. HS. Hadibroto, Prof. Dr. Djoko Susanto serta Drs. Hans Kartikahadi.
Jakarta, 23 Desember 2008
Ikatan Akuntan Indonesia

Perumpamaan Pensil

Author : Mario Eduardo Wisnu Wardhana S.E.,Ak

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang
aku?" Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan
berkata kepada cucunya, "Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu,
tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang
nenek pakai." "Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu
besar nanti" ujar si nenek lagi.

Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan
bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang
istimewa dari pensil yang nenek pakai. "Tapi nek sepertinya pensil itu
sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu. Si nenek kemudian
menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini."
"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang
dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu
di dalam hidup ini." Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari
sebuah pensil.

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa
berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika
menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu
membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan,
Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya" .

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa
kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali
pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi
setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya
kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh
karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal
yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang
benar"..

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah
pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam
sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari
hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan
tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang
kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu
selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".

Sejarah SAK

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”

Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.

Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.

Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.

AUDIT : Mempertimbangkan Resiko Kecurangan

Resiko kecurangan
Dari materi bab2 bahwa standart auditing yang diterima umum mengharuskan auditor untuk menilai resiko kesalahan pernyataan material sampai kecurangan. Ketika auditor mempertimbangkan resiko bawaan dan resiko pengendalian, auditor juga harus mempertimbangkan resiko kecurangan. Auditor biasanya mempertimbangkan resiko kesalahan pernyataan material dengan membagi dua tipe kecurangan: kecurangan laporan keuangan dan penyalahgunaan asset. Gambar 5-4 menggambarkan segitiga kecurangan yang menggambarkan aspek umum dari seluruh kecurangan, yaitu:
1. Kesempatan untuk melakukan kecurangan.
2. Insentive atau tekanan
3. Kemampuan untuk merasionalisasi kecurangan menjadi konsisten dengan nilai kepantasan internal.
Pada tahap awal audit, tim audit menyewa dalam sesi brainstorming untuk memastikan setiap orang dalam tim audit menyadari faktor-faktor potensi resiko yang dapat meningkatkan resiko kecurangan.
Contoh umum kecurangan laporan keuangan mengakibatkan penadapatan yang lebih besar dari sebenarnya. Pertama, kecurangan laporan keuangan biasanya mengakibatkan beberapa level manajemen mengesampingkan pengendalian internal (pengendalian resiko) yang memperbolehkan kesempatan untuk manajer akuntansi salah menyatakan pendapatan. Kedua, hal itu biasanya mengakibatkan dorongan dalam bonus atau tekanan yang signifikan dari menajer senior untuk terget pendapatan (resiko bawaan).
Sama halnya, penyalahgunakan asset menyebabkan faktor kecurangan umum yang sama. Biasanya penyahgunaan asset berhubungan dengan kesempatan yang diciptakan oleh pemisahan kemiskinan dari kewajiban dan kemiskinan atau pengendalian internal yang tidak efektif (resiko pengendalian tinggi).

Mengembangkan strategi audit pendahuluan
Auditor kadang membuat keputusan pendahuluan tentang komponen model resiko audit dan mengembangkan strategi pendahhuluan untuk mengumpulkan bukti-bukti. Dalam audit sekarang ini, auditor mengawali audit dengan pengalaman sebelumnya pada suatu entitas. Setelah memperbaharui pengetahuan perubahan-perubahan dalam entitas dan lingkungan, dan menjalankan sedikit prosedur rencana audit awal, auditor mungkin harus memulai untuk mengembangkan harapan apakah pengendalian internal melanjutkan untuk berfungsi sesuai diharapkan, dan apakah faktor lain tetap yang mengkun mengindikasikan potensi kesalahan pelaporan. Auditor kadang mengembangkan strategi audit awal untuk mengaudit asersi.

Memahami pengendalian internal
Auditor diharuskan mendapatkan pemahaman sistem entitas dari pengendalian internal di setiap audit. Auditor menggunakan pemahaman ini untuk:
1. Mengidentifikasi jenis-jenis potensi kesalahan pelaporan.
2. Mempertimbangan faktor-faktor efek resiko meterialitas kesalahan pelaporan.
3. Mendesain bawaan, pemilihan waktu dan luasnya prosedur audit lanjutan.
Pertama, auditor menggunakan pemahaman pengendalian internal untuk mengidentifikasi tipe potensi kesalahan pelaporan yang mungkin terjadi. Contohnya, meninjau sistem pendapatan gereja yang memberikan kontribusi kas yang signifikan. Bawaan penerimaan entitas menciptakan urusan diatas kelengkapan penerimaan.
Kedua, auditor biasanya paham bagaimana sistem pengendalian internal akan mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, potensi kesalahan pelaporan untuk asersi tiap laporan keuangan. Sistem yang kuat dari pengendalian internal mengurangi potensial kesalahan pelaporan laporan keuangan.
Terakhir, auditor menggunakan pemanaman sistem pengendalian internal untuk mendesain prosedur audit lanjutan untuk mengumpulkan bukti. Contohnya, dokumentasi atau jejak audit elektronik adalah bagian pengendalian internal. Ini penting untuk memahami sitem ini guna mengidentifikasi bukti yang tepat untuk menguji asersi laporan keuangan.

Hubungan faktor resiko dengan potensi kesalahan pelaporan laporan keuangan
Awalnya, auditor harus menghubungkan faktor resiko yang teridentifikasi selama menalankan prosedur penaksiran resiko yang berpotensi pada kesalahan pelaporan pada laporan keuangan. Contohnya, auditor harus memahami apakah kesalahan pelaporan seperti pada penualan dan penerimaan, atau inventori, atau pada akuntasi untuk harta tetap. Auditor juga harus memahami apakah faktor, seperti kelemahan sistem pengendalian internal, apakah masa sekarang akan memberikan efek pada laporan keuangan.

Resiko Level Asersi

Resiko level asersi adalah salah satu yang mempengaruhi satu atau beberapa asersi. Contohnya, klien audit mungkin mempunyai implementasi sistem akuntansi yang baru pada siklus pendapatan tidak menjadi pokok untuk tes yang signifikan dengan data tes. Hal ini berdampak jenis asersi berhubungan pada pengakuan pendapatan dan piutang, tapi tidak akan berdampak melebihi siklus transaksi spesifik. Alternatifnya, auditor mungkin mengidentifikasi resiko bisnis dihubungkan dengan perkenalan teknologi baru yang akan lengkap dengan garis produk utama perusahaa

Resiko Level Laporan Keuangan
Adalah satu dari beberapa faktor resiko berhubungan menembus laporan keuangan secara keseluruhan contohnya, pengendalian lingkungan lemah dimana manajemen tidak menciptakan lingkungan kesadaran pengendalian atau tidak menjaga akuntabilitas manajemen tengah untuk menggunakan sumber daya entitas yang dapat berakibat banyak kelas-kelas transaksi, saldo-saldo akun, asersi. Beberapa kelemahan dalam pengendalian internal akan berakibat pada laporan keuangan. Oleh sebab itu ketika pertimbangan auditor tentang potensi kesalahan pada laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan apakah faktor resiko memiliki dampak pada laporan keuangan atau apakah memiliki dampak khusus pada bagian asersi.

Menentukan Besarnya Potensi Kesalahan
Ketika menaksi resiko bawaan dan pengendalian pada suatu audit klien, auditor harus menentukan besarnya potensi kesalahan yang dihubungkan pada faktor-faktor resiko. Contohnya dalam bisnis untuk mengimplementasi sistem pengendalian internal digunakan pertimbangan biaya dan manfaat dan dalam dunia bisnis beranggapan biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian kesalahan kecil lebih besar dari manfaatnya.
Auditor perlu membedakan antara faktor resiko yang dihubugkan dengan kesalahan yang berpotensi dapat di agregasi kepada jumlah yang material. Contohnya sama seperti persoalan pengakuan pendapatan akan mempunyai pengaruh potensi yang besar kepada laporan keuangan daripada biaya dibayar dimuka. Selanjutnya, penilaian inventori lebih signifikan perusahaan kertas daripada hotel/bank.

Menentukan Kemungkinan Kesalahan Material

Disamping memeriksa besarnya resiko potensial, auditor juga butuh menentukan kemungkinan resiko itu akan menghasilkan kesalahan material pada laporan keuangan. Adalah tugas auditor untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dihubungkan dengan resiko bawaan yang tinggi dimana kemungkinan kesalahan material dapat dikurangi oleh system pengendalian internal klien. Dalam membuat penaksiran ini auditor terdiri dari resiko bawaan dan resiko pengendalian. Contohnya perusahaan konstruksi mungkin memiliki resiko bawaan yang tinggi sampai kompleksitas estimasi kontrak konstruksi jangka panjang. Beberapa perusahaan konsturksi ukuran sedang juga memiliki pengendalian internal yang lemah. Hasilnya auditor membutuhkan untuk mendesain kecukupan dan kemampuan prosedur audit untuk mrndeteksi kesalahan material.

Menentukan Tingkat Signifikansi Resiko Bawaan

Dalam GAAS auditor harus menentukan mana yang diidentifikasi sebagai resiko dalam pernyataan auditor, signifikan resiko bawaan yang membutuhkan pertimbangan pemeriksaan special. Dalam fase audit selanjutnya, tanggapan dalam penaksiran audit, auditor mengharuskan untuk memberikan perhatian kepada fakta yang beresiko diidentifikasi ebagai resiko bawaaan yang signifikan.
Dalam megidentifikasi resiko bawaan signifikan auditor mempertimbangkan masalah-masalah seperti:
• Apakah resiko itu adalah resiko kecurangan. Contohnya: resiko bawaan signifikan mugkin diindikasi jika auditor merasakan 3 elemen triangle fraud terjadi.
• Apakah resiko itu berhubungan dengan kejadian ekonomi di masa sekarang, akuntansi atau perkembangan lain yang membutuhkan perhatian spesial.
• Kompleksitas transaksi yang dapat memberikan kenaikan resiko.
• Apakah resiko meliputi transaksi signifikan dihubungkan dengan bagian-bagian.
• Tingkat subjektifitas dalam pengukuran informasi keuangan dihubungkan dengan resiko.
• Apakah resiko meliputi transaksi non rutin yang signifikan transaksi non rutin adalah transaksi yang tidak biasa, dapat dilihat dari ukuran/besarnya dan kebiasaan dan jarang terjadi.
• Apakah resiko meliputi masalah keputusan.
• Resiko bisnis signifikan seringkali adalah resiko bawaan signifikan.

FASE III Tanggapan Untuk Resiko Yang Ditaksir
Ketika auditor mengidentifikasi resiko yang kemungkinan dihasilkan dalam kesalahan material dalam laporan keuangan, dia harus membangun respon yang tepat untuk beberapa resiko untuk memastikan resiko audit di perusahaan pada level rendah yang tepat auditor biasanya menanggapi resiko yang ditaksir dengan variasi 4 respon utama. Umumnya respon pada resiko yang ditaksir termasuk keputusan tentang:
• Penempatan dan supervisi
• Dasar tes audit
• Waktu tes audit
• Luas tes audit

Penempatan Dan Supervisi
Keputusan dasar tes audit berhubungan dengan pilihan auditor tentang tipe bukti yang mereka kumpulkan untuk mendukung opini mereka. Ada 3 tipe umum dari prosedur audit:
• Prosedur penaksiran resiko, didesain untuk membantu auditor menilai resiko kesalahan material pada sebuah asersi
• Pengujian pengendalian, didesain untuk menyediakan bukti tentang efektifitas operasi dari beberapa aspek pengendalian interaksi. Pengujian pengendalian menyediakan bukti untuk mendukung penilaian resiko pengendalian dibawah maksimal
• Pengujian substantif, didesain untuk menyediakan bukti tentang kewajaran penyajian dari asersi manajemen dalam laporan keuangan. Substantif tes termasuk:
• Prosedur awal meliputi ketidakpahaman isi ekonomi saldo akun/transaksi yang diaudit.
• Prosedur analitik substantif meliputi kegunaan pembandingan untuk menilai kewajaran asersi.
• Pengujian transaksi detail termasuk pengujian dokumen pendukung untuk transaksi.
• Pengujian saldo akun detail meliputi pengujian pendukung untuk saldo buku besar.
• Pengujian estimasi akuntansi detail meliputi memperoleh bukti dalam mendukung proses estimasi klien dan memastikan proses estimasi diterapkan konsisten dari period eke periode
• Pengujian pengungkapan detail meliputi pengujian pendukung untuk pengungkapan laporan keuangan

Waktu Pengujian Audit

Auditor kadang memilih memodifikasi waktu pengujian audit dengan memilih tes performa pengendalian atau substantif tes saat tanggal sementara. Jika pengedalian internal ditemukan menjadi efektif untuk merespon masalah hanya jika tes relean dengan resiko yang tidak dapat diterima pada kesimpulan auditor dari sampel yang mungkin berbeda dari konklusi yang didapat jika seluruh populasi menjadi subjek pada prosedur audit yang sama

Tanggapan Pada Resiko Bawaan Yang Signifikan
Resiko bawaan yang signifikan timbul dalam kebayakan audit dan berkisar dari beresiko hasil kesalahan material dari resiko bisnis klien sampai transaksi non rutin atau transaksi komplek sampai resiko penilaian tinggi dari audit. Pertama, auditor harus mengevaluasi efektifitas dari desain pengendalian internal dihubungkan kepada seluruh resiko bawaan signifikan. Kedua, jika banana audit pada pengumpulan bukti dari tes pengendalian sampai mengurangi resiko bawaan signifikan, auditor harus menguji efektifitas operasi dari pengendalian relevan di periode audit sekarang. Ketiga, auditor harus melakukan pengujian substantif yang dapat merespon resiko bawaan signifikan.

Mengkomunikasikan Temuan Audit

Author : Oktaviani Rita P, mahasiswa Pasca Sarjana Akuntansi FE UNSOED

Mengkomunikasikan Temuan Audit

Audit dan jasa-jasa yang ditunjukkan sebagai bagian dari audit, tidak ada nilainya sampai mereka mengkomunikasikan kepada manajemen dan pihak lain yang menggunakan audit. Pengkomunikasian temuan audit dibagi jadi 3 kategori:
1. Komunikasi pada laporan keuangan lewat laporan auditor
2. Komunikasi lain yang disyaratkan oleh manajemen dan direktur
3. Komunikasi temuan dari other assurance service

Opini Audit

Komunikasi utama dari temuan audit termasuk dalam laporan auditor pada laporan keuangan. Empat (4) pelaporan yang secara umum diterima standar audit dimana auditor akan menerbitkan laporan yang mengandung opini menanggapi laporan keuangan, variasi-variasi dari laporan audit:
1. Unqulified Opinion (Wajar Tanpa Pengecualian)
2. Unqualified Opinion and additional Explanatory Paragraph (Wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan)
3. Qualified Opinion (Wajar dengan pengecualian)
4. Disclaimer Opinion (Tidak memberikan pendapat)
5. Adverse Opinion (Tidak Wajar)
Auditor dari perusahaan public akan menerbitkan 2 pendapat tambahan menanggapi system manajemen dari pengendalian internalnya lewat laporan keuangan:
1. Pendapat pada asersi manajemen tentang keefektifan PI
2. Pendapat tentang keefektifan operasi pada system pengendalian internal
Manajemen dari perusahaan public mempunyai defisiensi yang signifikan pada pengendalian internalnya yang akan dilaporkan pada komite audit dan menerima pendapat wajar tanpa pengecualian pada pengendalian internalnya melalui pelaporan keuangan.

Other Required Communication

Pendapat auditor pada laporan keuangan bukan satu-satunya hanya hasil/produk dari audit. Untuk menerbitkan laporan pada laporan keuangan, auditor dibutuhkan oleh standar professional untuk mendiskusikan masalah-masalah terkini dengan komite audit, atau individu yang memiliki level otoritas dan tanggung jawab yang ekuivalen/sama dengan komite audit, seperti direktur utama atau pemilik. Materi-materi yang dibahas dalam diskusi meliputi:
1. Pengendalian Internal
2. Kebijakan akuntansi yang signifikan
3. Pendapat-pendapat manajemen dan efisiensi akuntansi
4. Pendapat audit yang signifikan
5. Informasi lain yang ada pada audit laporan keuangan
6. Ketidaksepakatan dengan manajemen
7. Konsultasi dengan akuntan-akuntan yang lain
8. Kesulitan-kesulitan yang muncul pada kinerja audit

Penaksiran Resiko Audit

Seorang auditor harus memahami tentang lingkungan persaingan entitas dan resiko bisnis sebagai bagian dari perencanaan audit. Auditor melakukannya karena banyak resiko audit yang penting diasosiasikan dengan konsekuensi bisnis dari resiko bisnis klien. Tujuan dari pengikatan jasa audit pada penaksiran resiko meliputi tipe-tipe jasa berikut:
1. Identitas dan menaksir resiko-resiko potensial yang utama yang dihadapi entitas
2. Penaksiran independen dari resiko-resiko diidentifikasi oleh entitas
3. Pengevaluasian system entitas untuk mengindentifikasi dan membatasi resiko
Oleh karena itu, sumber dari jasa CPA bergantung pada praktik penaksiran resiko yang ada pada entitas. Setiap jasa-jasa tersebut dijadikan andalan pemahaman CPA pada resiko bisnis entitas dan menyesuaikan jasa assurance untuk keperluan pembuat keputusan, biasanya manajemen atau direktur.

Pengukuran Kinerja
Auditor sering kali diposisikan untuk membandingkan kinerja perusahaan dihubungkan dengan industry yang lain. Biasanya auditor mempunyai akses untuk statistic industri dan informasi tentang kinerja perusahaan dalam sebuah industry. CPA mempunyai kemampuan analisis yang baik dan berpengalaman dalam membandingkan perusahaan-perusahaan berdasarkan pada tingkat profitabilitas mereka, kemampuan untuk menghasilkan uang, seberapa siklus operasi mereka, tingkat likuidasi dan solvabilitas. Tambahan lagi, CPA dapat menggunakan pengetahuan mereka sebagai factor kunci persaingan untuk menjamin bahwa system informasi perusahaan-perusahaan memfokuskan manajemen pada persoalan manajemen bisnis. CPA dapat membantu manajemen dalam meningkatkan system pengukuran kinerja yang menyediakan dihubungkan dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan arus kas.
Seperti jasa penaksiran resiko bisnis, customer dari jasa pengukuran kinerja biasanya adalah manajemen dan direktur. Auditor dapat menyarankan manajemen dan direktur pada indicator utama yang penting yang harus mereka monitor untuk pengukuran yang lebih baik terhadap kinerja entitas. Bagaimanapun juga, Auditor perlu untuk lebih berhati-hati tidak tersangkut /terlibat pada desain /jasa implementasi yang akan mengganggu keindependenan audit.

Senin, 15 Februari 2010

STANDARD SETTING : ECONOMIC ISSUE

Author : Siti Arifah, mahasiswa Pasca Sarjana Akuntansi UNSOED

Peraturan dalam Aktivitas Ekonomi
 Akuntansi adalah area pengaturan yang bagus dalam aktivitas ekonomi.
 Pemerintah mengarahkan untuk menggunakan aturan hukum untuk mengontrol kreatifitas akuntansi profesional dan praktek akuntansi pada umumnya, dan ,mengarahkan untuk membuat penjelasan yang singkat dalam laporan tahuanan dan prospek ke depannya.
 Standard setting adalah peraturan perusahaan dalam membuat keputusan informasi eksternal dengan beberapa central authority.

Dengan mempertimbangkan issue memproduksi informasi, yaitu berguna untuk membedakan 2 tipe informasi yang dapat diproses oleh manajer, yaitu :
1. Proprietary information (informasi kepemilikan)
 Informasi ini, jika diumumkan, dapat diarahkan untuk mempengaruhi cash flow masa depan.
 Biaya untuk mengumumkan informasi kepemilikan ini dapat dibuat tinggi oleh manajer dan perusahaan
2. Non proprietary information (informasi non kepemilikan)
 Informasi ini tidak diarahkan untuk mempengaruhi cash flow perusahaan.
 Termasuk di dalamnya yaitu informasi pelaporan keuangan, perkiraan keuntungan, dan juga audit.

INSENTIF PRIBADI UNTUK MEMPRODUKSI INFORMASI
1. Informasi sebagai komoditas,
- berarti, infomasi dapat dibuat dan dijual
- sehingga wajar untuk membandingkan antara biaya
dan keuntungannya
2. Tentang variasi cara memproduksi informasi.
- informasi adalah komoditi yang komplek
- hanya, bagaimana kita mengartikan ketika kita bicara
tentang kuantitas produksi informasi?
Berikut ada beberapa cara untuk menjawab:
I. Kita dapat berpikir tentang informasi yang baik
Dalam konteks akuntansi, sistem pelaporan yang baik akan menjadikan lebih detail keberadaan laporan berdasarkan historical cost.
II. Kita dapat berpikir tentang informasi tambahan
Dalam konteks akuntansi, informasi tambahan diartikan sebagai pengantar sistem informasi yang baru, untuk melaporkan isi (bahan) bukan pengantar dari historical cost.
III. Kita dapat berpikir tentang bagaimana membuat informasi
Inti kredibilitas adalah mengetahui bahwa informasi tentang suplier mempunyai insentif terhadap pengungkapan yang sejujurnya.

PERJANJIAN INSENTIF UNTUK MEMPRODUKSI INFORMASI
Pada dasarnya : motivasi perjanjian untuk memproduksi informasi dapat digolongkan dalam beberapa kelompok / bagian kontrak.

INSENTIF BERDASARKAN PASAR UNTUK MEMPRODUKSI INFORMASI

Beberapa pasar yang terlibat :
1. Pasar tenaga kerja manajerial
Secara konstan mengevaluasi performance manajer. Akibatnya manajer yang melakukan kesalahan, ketidaklengkapan, atau kebiasan data akan membahayakan reputasinya.
2. Pasar modal
Manajer akan termotivasi oleh reputasi dan perjanjian / kontrak untuk meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengumumkan informasi untuk pasar
3. Takeover market
Jika manajer tidak meningkatkan nilai perusahaan, mungkin akan menjadi sasaran untuk pengambilalihan, dimana jika itu berhasil, akibatnya akan ada penggantian manajer.


RESPON PASAR SEKURITAS UNTUK FULL DISCLOSURE
Teori penilaian di atas memprediksi bahwa pasar sekuritas akan merespon positif atas tambahan penjelasan.
Berikut Studi Empiris tentang prediksi tersebut :
Model Merton telah dites oleh Lang & Lundholm (1996).
Mereka menggunakan analisa finansial untuk penilaian kualitas pengungkapannya, yang didasarkan pada evaluasi kuartalan perusahaan, laporan tahunan, dan hubungan investor.

INSENTIF MEMPRODUKSI INFORMASI YANG LAIN

Prinsip pengungkapan
Argumen yang simpel dapat membuat sugesti manajer kehilangan seluruh informasi, baik atau buruk.
Jika investor tahu bahwa manajer mempunyai informasi, tapi tidak tahu informasi apa, mereka akan mengasumsikan bahwa : jika itu menguntungkan maka manajer harus mengumumkannya.
Namun jika investor tidak mengamatinya, mereka akan asumsikan bahwa penawaran harga pasar saham akan turun.
Ini dijelaskan oleh Verecchia (1983).
Dia mencoba untuk merekonsiliasi prinsip pengungkapan dengan observasi empiris, dimana manajer tidak selalu mengungkap secara lengkap.
Informasi yang disampaikan, sesuai dengan prinsip pengungkapan adalah harus kredibel.

SIGNALING
Sering terjadi bahwa satu perusahaan dengan perusahaan yang lain mempunyai perbedaan dalam kualitas. Misalnya sebuah perusahaan memiliki peluang investasi yang lebih baik daripada perusahaan lainnya.
Signal adalah tindakan yang diambil oleh tipe seorang manajer tingkat tinggi yang dirasa tidak masuk akal jika dilihat dari sisi tipe manajer tingkat rendah.
Kebutuhan yang paling penting untuk signal adalah bahwa signal menjadi lebih murah bagi tipe seorang manajer tingkat tinggi daripada tipe manajer tingkat rendah.
Beberapa signal telah disarankan karena relevan dengan ilmu akuntansi. Salah satunya adalah direct disclosure (pengungkapan langsung). Beberapa investor mengobservasi arus kas perusahaan pada akhir periode.
Berbagai macam sinyal tidak langsung (indirect signals) telah dipelajari untuk memahami issu tentang pengungkapan, misalnya :
Forecast, Struktur modal perusahaan, Kebijakan dividen, Pemilihan kebijakan akuntansi

KEBIJAKAN FINANSIAL SEBAGAI SIGNAL
Kekuatan pasar dapat mendorong manajer untuk mengkomunikasikan informasi sebagai upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi kekuatan pasar ini tergantung pada tingkat kesalahan pasar, dan juga sejak kebisingan perdagangan dapat mendistorsi harga saham perusahaan, para manajer dari sebagian perusahaan menemukan perusahaan mereka dinilai terlalu rendah oleh pasar modal dibandingkan dengan informasi yang ada dalam perusahaan mereka.

Jumat, 12 Februari 2010

E COMMERCE DAN CYBER CRIME

PENDAHULUAN
Istilah e-bisnis meng-cover semua area bisnis. E-bisnis terjadi ketika perusahaan atau individu berkomunikasi dengan para klien atau nasabah melalui email. Pemasaran dilakukan melalui internet, menjual produk atau jasa melalui internet, menggunakan internet untuk riset pasar, menggunakan internet untuk meng-hire orang, menggunakan internet untuk promosi produk dan jasa, dan sebagainya.
Pada prinsipnya, e-Business kerap didefinisikan sebagai “aktivitas yang berkaitan - secara langsung maupun tidak langsung - dengan proses pertukaran barang dan/atau jasa dengan memanfaatkan internet sebagai medium komunikasi dan transaksi”. Perkembangan teknologi komputer dan telekomunikasi (teknologi informasi) yang sangat pesat dewasa ini telah mengakibatkan terjadinya revolusi di dunia perdagangan dan industri. Jika dahulu transaksi bisnis yang harus dilakukan secara tatap muka (face-to-face), melibatkan sejumlah fasilitas dan sumber daya fisik (office and paper), dan mempertukarkan barang dan jasa terkait dengan uang kertas atau receh; maka pada saat ini transaksi serupa dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari mana saja secara fleksibel (tanpa harus bertemu muka), dilakukan dengan menggunakan peralatan elektronik (komputer, personal digital assistant, dan sebagainya.) dan internet, dimana proses pembayaran dilakukan melalui mekanisme transfer informasi keuangan (credit card, digital money, dan sebagainya.).
Para praktisi bisnis harus melihat fenomena ini sebagai suatu tawaran kesempatan untuk dapat meningkatkan kinerja bisnis dari berbagai segi secara signifikan, karena banyak sekali hal yang dapat dilakukan seperti: memperbaiki efisiensi, efektivitas, transformasi industri, dan lain sebagainya. Intinya adalah, jika praktisi bisnis melihat adanya sumber daya fisik atau proses bisnis yang saat ini dapat didigitaliasikan, maka disitulah kesempatan konsep e-Business dapat diimplementasikan.
Perdagangan sebenarnya merupakan kegiatan yang dilakukan manusia sejak awal peradabannya. Sejalan dengan perkembangan manusia, cara dan sarana yang digunakan untuk berdagang senantiasa berubah. Bentuk perdagangan terbaru yang kian memudahkan penggunanya kini ialah e-commerce.


PEMBAHASAN

A.INTERNET
1.Definisi
Menurut Wing Wianrno (2004) internet adalah jaringan komputer yang jangkauannya seluas dunia. Dengan adanya jaringan internet, satu komputer dengan komputer lain yang tempatnya saling berjauhan di seluruh bumi ini dapat saling berhubungan untuk saling bertukar informasi dan data.
2.Bentuk Komunikasi
Manfaat penting internet adalah sebagai media komunikasi antara para pemakainya. Komunikasi adalah pertukaran data dan informasi dengan segala bentuknya. Komunikasi dapat berupa tulisan, gambar, atau suara.
a)E-mail (electronic mail)
b)SMS (Short Message Service)
c)Chatting
Adalah pertukaran informasi tertulis secara on-line melalui satu saluran.
d)Faksimile

B.E-COMMERCE
1.Definisi
Electronic Commerce (Perniagaan Elektronik), sebagai bagian dari Electronic Business (bisnis yang dilakukan dengan menggunakan electronic transmission), oleh para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya. Secara umum e-commerce dapat didefinisikan sebagai segala bentuk transaksi perdagangan/perniagaan barang atau jasa (trade of goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari kegiatan bisnis.
Menurut Mariza Arfina dan Robert Marpaung e-commerce atau yang lebih dikenal dengan e-com dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan "get and deliver" (http://r-marpaung.tripod.com/ElectronicCommerce.doc).
Menurut David Baum, pengertian e-commerce adalah: “E-Commerce is a dynamic set of technologies, applications, and business process that link enterprise, consumers, and communities through electronic transactions and the electronic exchange of goods, services, and information”. E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik (David Baum dalam Onno W. Purbo, 2000 : 2).
Bryan A. Garner juga menyatakan bahwa “E-Commerce the practice of buying and selling goods and services trough online consumer services on the internet. The e, ashortened from electronic, has become a popular prefix for other terms associated with electronic transaction”. Dapat dikatakan bahwa pengertian e-commerce yang dimaksud adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa komputer online di internet (dlm Abdul Halim Barakatullah dkk, 2005 : 12).
Roger Clarke dalam “Electronic Commerce Definitions” menyatakan bahwa e-commerce adalah “The conduct of commerce in goods and services, with the assistance of telecomunications and telecomunications-based tools” (e-commerce adalah tata cara perdagangan barang dan jasa yang menggunakan media telekomunikasi dan telekomunikasi sebagai alat bantunya) (http://www.anu.edu.au/people/Roger.Clarke/ EC/ECDefns.html).
E-commerce juga dapat diartikan sebagai suatu proses berbisnis dengan memakai teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran/penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik (Munir Fuady, 2005 : 407).
Kesimpulannya, "e-commerce is a part of e-business".

2.Aplikasi E-Commerce
Sistem e-commerce terbagi menjadi tiga tipe aplikasi, yaitu:
Electronic Markets (EMs).
EMs adalah sebuah sarana yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan/menyajikan penawaran dalam sebuah segmen pasar, sehingga pembeli dapat membandingkan berbagai macam harga yang ditawarkan. Dalam pengertian lain, EMs adalah sebuah sistem informasi antar organisasi yang menyediakan fasilitas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi tentang harga dan produk yang ditawarkan. Keuntungan fasilitas EMs bagi pelanggan adalah terlihat lebih nyata dan efisien dalam hal waktu. Sedangkan bagi penjual, ia dapat mendistribusikan informasi mengenai produk dan service yang ditawarkan dengan lebih cepat sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak.
Electronic Data Interchange (EDI)
EDI adalah sarana untuk mengefisienkan pertukaran data transaksi-transaksi reguler yang berulang dalam jumlah besar antara organisasi-organisasi komersial.
Secara formal EDI didefinisikan oleh International Data Exchange Association (IDEA) sebagai “transfer data terstruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik”.
EDI sangat luas penggunaannya, biasanya digunakan oleh kelompok retail yang besar ketika melakukan bisnis dagang dengan para supplier mereka.
EDI memiliki standarisasi pengkodean transaksi perdagangan, sehingga organisasi komersial tersebut dapat berkomunikasi secara langsung dari satu sistem komputer yang satu ke sistem komputer yang lain tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam penanganan berkas dan intervensi dari manusia.
Keuntungan dalam menggunakan EDI adalah waktu pemesanan yang singkat, mengurangi biaya, mengurangi kesalahan, memperoleh respon yang cepat, pengiriman faktur yang cepat dan akurat serta pembayaran dapat dilakukan secara elektronik.
Internet Commerce.
Internet commerce adalah penggunaan internet yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual.
Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai keuntungan antara lain untuk beberapa produk tertentu lebih sesuai ditawarkan melalui internet; harga lebih murah mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai tempat; internet merupakan media promosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah; serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.

3.Karakteristik E-Commerce
Berbeda dengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki beberapa karakteristik yang sangat khusus, yaitu :
a.Transaksi tanpa batas
Sebelum era internet, batas-batas geografi menjadi penghalang suatu perusahaan atau individu yang ingin go-international. Sehingga, hanya perusahaan atau individu dengan modal besar yang dapat memasarkan produknya ke luar negeri.Dewasa ini dengan internet pengusaha kecil dan menengah dapat memasarkan produknya secara internasional cukup dengan membuat situs web atau dengan memasang iklan di situs-situs internet tanpa batas waktu (24 jam), dan tentu saja pelanggan dari seluruh dunia dapat mengakses situs tersebut dan melakukan transaksi secara on line.
b.Transaksi anonim
Para penjual dan pembeli dalam transaksi melalui internet tidak harus bertemu muka satu sama lainnya. Penjual tidak memerlukan nama dari pembeli sepanjang mengenai pembayarannya telah diotorisasi oleh penyedia sistem pembayaran yang ditentukan, yang biasanya dengan kartu kredit.
c.Produk digital dan non digital
Produk-produk digital seperti software komputer, musik dan produk lain yang bersifat digital dapat dipasarkan melalui internet dengan cara mendownload secara elektronik. Dalam perkembangannya obyek yang ditawarkan melalui internet juga meliputi barang-barang kebutuhan hidup lainnya.
d.Produk barang tak berwujud
Banyak perusahaan yang bergerak di bidang e-commercen dengan menawarkan barang tak berwujud separti data, software dan ide-ide yang dijual melalui internet.
Implementasi e-commerce pada dunia industri yang penerapannya semakin lama semakin luas tidak hanya mengubah suasana kompetisi menjadi semakin dinamis dan global, namun telah membentuk suatu masyarakat tersendiri yang dinamakan Komunitas Bisnis Elektronik (Electronic Business Community). Komunitas ini memanfaatkan cyberspace sebagai tempat bertemu, berkomunikasi, dan berkoordinasi ini secara intens memanfaatkan media dan infrastruktur telekomunikasi dan teknologi informasi dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari. Seperti halnya pada masyarakat tradisional, pertemuan antara berbagai pihak dengan beragam kepentingan secara natural telah membentuk sebuah pasar tersendiri tempat bertemunya permintaan (demand) dan penawaran (supply). Transaksi yang terjadi antara demand dan supply dapat dengan mudah dilakukan walaupun yang bersangkutan berada dalam sisi geografis yang berbeda karena kemajuan dan perkembangan teknologi informasi, yang dalam hal ini adalah teknologi e-commerce.

Secara umum e-commerce dapat diklasifasikan menjadi dua jenis yaitu; Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C). Business to Business (B2B) adalah sistem komunikasi bisnis on-line antar pelaku bisnis, sedangkan Business to Consumer (B2C) merupakan mekanisme toko on-line (electronic shopping mall), yaitu transaksi antara e-merchant dengan e-customer.
Dalam Business to Business pada umumnya transaksi dilakukan oleh para trading partners yang sudah saling kenal dengan format data yang telah disepakati bersama. Sedangkan dalam Business to Customer sifatnya terbuka untuk publik, sehingga setiap individu dapat mengaksesnya melalui suatu web server. Dalam kajian ini, untuk selanjutnya yang akan dibahas adalah Business to Customer.

C.CYBER CRIME

1.Definisi
Cybercrime adalah tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi computer khususnya internet. Cybercrime didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang memanfaatkan teknologi computer yang berbasis pada kecanggihan perkembangan teknologi internet.

2.Karakteristik
Karakteristik Cybercrime Cybercrime memiliki karakteristik unik yaitu : 1. Ruang lingkup kejahatan 2. Sifat kejahatan 3. Pelaku kejahatan 4. Modus kejahatan 5. Jenis kerugian yang ditimbulkan
Dari beberapa karakteristik diatas, untuk mempermudah penanganannya maka cybercrime diklasifikasikan :
a. Cyberpiracy : Penggunaan teknologi computer untuk mencetak ulang software atau informasi, lalu mendistribusikan informasi atau software tersebut lewat teknologi komputer.
b. Cybertrespass : Penggunaan teknologi computer untuk meningkatkan akses pada system computer suatu organisasi atau individu.
c. Cybervandalism : Penggunaan teknologi computer untuk membuat program yang menganggu proses transmisi elektronik, dan menghancurkan data di komputer.

3.Perkembangan Cyber Crime Dimasa Datang
Perkiraan perkembangan cyber crime di masa depan Dapat diperkirakan perkembangan kejahatan cyber kedepan akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi atau globalisasi dibidang teknologi informasi dan komunikasi, sebagai berikut :
a.Denial of Service Attack
Serangan tujuan ini adalah untuk memacetkan sistem dengan mengganggu akses dari pengguna jasa internet yang sah. Taktik yang digunakan adalah dengan mengirim atau membanjiri situs web dengan data sampah yang tidak perlu bagi orang yang dituju. Pemilik situs web menderita kerugian, karena untuk mengendalikan atau mengontrol kembali situs web tersebut dapat memakan waktu tidak sedikit yang menguras tenaga dan energi.
b.Hate sites
Situs ini sering digunakan oleh hackers untuk saling menyerang dan melontarkan komentar-komentar yang tidak sopan dan vulgar yang dikelola oleh para “ekstrimis” untuk menyerang pihak-pihak yang tidak disenanginya. Penyerangan terhadap lawan atau opponent ini sering mengangkat pada isu-isu rasial, perang program dan promosi kebijakan ataupun suatu pandangan (isme) yang dianut oleh seseorang / kelompok, bangsa dan negara untuk bisa dibaca serta dipahami orang atau pihak lain sebagai “pesan” yang disampaikan.
c.Cyber Stalking
Adalah segala bentuk kiriman e-mail yang tidak dikehendaki oleh user atau junk e-mail yang sering memakai folder serta tidak jarang dengan pemaksaan. Walaupun e-mail “sampah” ini tidak dikehendaki oleh para user.


4.Cyber Crime Berdasarkan Aktivitasnya
a.Unauthorized Access to Computer System and Service
Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukan hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi internet/intranet.
Kita tentu tidak lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999).
Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam database berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang e-commerce, yang memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000).
Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini dalam beberapa waktu lamanya.
b. Illegal Contents
Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya adalah pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal-hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah, dan sebagainya.
c. Data Forgery
Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scriptless document melalui internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolaholah terjadi “salah ketik” yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku.
e.Cyber Espionage
Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan komputer (computer network system) pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap saingan bisnis yang dokumen ataupun data-data pentingnya tersimpan dalam suatu sistem yang computerized.
f.Cyber Sabotage and Extortion
Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. Dalam beberapa kasus setelah hal tersebut terjadi, maka pelaku kejahatan tersebut menawarkan diri kepada korban untuk memperbaiki data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang telah disabotase tersebut, tentunya dengan bayaran tertentu. Kejahatan ini sering disebut sebagai cyber-terrorism.
g.Offense against Intellectual Property (Copyright)
Kejahatan ini ditujukan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain, dan sebagainya.
h.Infringements of Privacy
Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya.
i.Cracking
Kejahatan dengan menggunakan teknologi computer yang dilakukan untuk merusak system keamaanan suatu system computer dan biasanya melakukan pencurian, tindakan anarkis begitu merekan mendapatkan akses. Biasanya kita sering salah menafsirkan antara seorang hacker dan cracker dimana hacker sendiri identetik dengan perbuatan negative, padahal hacker adalah orang yang senang memprogram dan percaya bahwa informasi adalah sesuatu hal yang sangat berharga dan ada yang bersifat dapat dipublikasikan dan rahasia.
j.Carding
Adalah kejahatan dengan menggunakan teknologi computer untuk melakukan transaksi dengan menggunakan card credit orang lain sehingga dapat merugikan orang tersebut baik materil maupun non materil.

5.Istilah-Istilah dalam Cyber Crime
a.Fraud
Adalah sejenis manipulasi informasi keuangan dengan tujuan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
b.Phising
adalah kegiatan memancing pemakai komputer di internet (user) agar mau memberikan informasi data diri pemakai (username) dan kata sandinya (password) pada suatu website yang sudah di-deface.
c.Spamming
Spamming adalah pengiriman berita atau iklan lewat surat elektronik (e-mail) yang tak dikehendaki.
d.Malware
Malware adalah program komputer yang mencari kelemahan dari suatu software
e.Defacing
Defacing adalah kegiatan mengubah halaman situs/website pihak lain.

Kasus Cyber Crime
1. Pencurian dan penggunaan account Internet milik orang lain. Salah satu kesulitan dari sebuah ISP (Internet Service Provider) adalah adanya account pelanggan mereka yang “dicuri” dan digunakan secara tidak sah. Berbeda dengan pencurian yang dilakukan secara fisik, “pencurian” account cukup menangkap “userid” dan “password” saja. Hanya informasi yang dicuri. Sementara itu orang yang kecurian tidak merasakan hilangnya “benda” yang dicuri. Pencurian baru terasa efeknya jika informasi ini digunakan oleh yang tidak berhak. Akibat dari pencurian ini, penggunan dibebani biaya penggunaan account tersebut. Kasus ini banyak terjadi di ISP. Namun yang pernah diangkat adalah penggunaan account curian oleh dua Warnet di Bandung.


2. Pembajakan web KPU tahun 2004
“….Pada hari Sabtu, 17 April 2004, Dani Firmansyah, konsultan Teknologi Informasi (TI) PT Danareksa di Jakarta berhasil membobol situs milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) di http://tnp.kpu.go.id dan berhasil melakukan perubahan pada seluruh nama partai disitus TNP KPU pada jam 11:24:16 sampai dengan 11:34:27. Perubahan ini menyebabkan nama partai yang tampil pada situs yang diakses oleh publik, seusai Pemilu Legislatif lalu, berubah menjadi nama-nama lucu seperti Partai Jambu, Partai Kelereng, Partai Cucak Rowo, Partai Si Yoyo,Partai Mbah Jambon, Partai Kolor Ijo, dan lain sebagainya. Dani mnggunakan teknik SQL Injection(pada dasarnya teknik tersebut adalah dengan cara mengetikkan string atau perintah tertentu di address bar browser) untuk menjebol situs KPU. Kemudian Dani tertangkap pada hari Kamis, 22 April 2004. Dan sidang kasus pembobolan situs TNP KomisiPemilihan Umum (KPU) digelar Senin(16/8/2004)…..”

3. Pembajakan web KPU tahun 2009
“….web resmi KPU kpu.go.id Sabtu 15 Maret pukul 20.15 diganggu orang tak bertanggungjawab. Bagian situs kpu.go.id yang diganggu hacker adalah halaman berita, dengan menambah berita dengan kalimat ”I Love You Renny Yahna Octaviana. Renny How Are You There?”. Bukan hanya itu, sipengganggu juga mengacak-acak isi berita kpu.go.id. pengurus situs web kpu.go.id untuk sementara menutup kpu.go.id /sehingga tidak bisa diakses oleh publik yang ingin mengetahui berita-berita tentang KPU khususnya mengenai persiapan Pemilu 2009. Padahal awal April 2008 tahapan awal pelaksanaan Pemilu 2009 yaitu pemutakhiran data pemilih dan pendaftaran Parpol peserta Pemilu mulai dilaksanakan…..

4. Pembajakan Situs Depkominfo, Pembajakan situs Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, Pembajakan situs PDAM Kota Denpasar Bali

5. Pebobolan kartu Kredit melalui Internet yang dilakukan oleh Petrus Pangkur dengan hukuman 1 tahun penjara karena melakukan penipuan dan pemalsuan kertu kredit milik orang lain untuk membeli barang. Pada tahun 2002. Steven Haryono dengan cara menipu pelanggan BCA dengan memlesetkan www.clickbca.com , dengan tujuan kita melek terhadap internet banking. Diperoleh 130 PIN milik pengunjung yang tidak sadar teresat. Namun tidak terkena jerat hukum. Pada tahun 2001. Ramdoni dan Yanti tertangkap melakukan perdagangan wanita ilegal dengan melalui situs web. Pada tahun 2004. Johnny Indrawan Yusuf menjual VCD porno melalui situs internet di daerah Waru Sidoharjo, Jawa Timur melalui situs WEB, dengan melalui transfer ATM. Pada tahun 2004 Pada awal tahun 2002, Gartner IncH, (www.gartner.com) mengalami kerugian dari nilai transaksi US$ 700.000.000 hilang sepanjang tahun 2001 akibad fraud. Kerugian itu sebesar US $ 61,8 Milyar atau 19 kali lebih tinggi dari kerugian via off line.

PENCARIAN TUJUAN-TUJUAN (TEORI AKUNTANSI)

A.KRONOLOGI
Pendekatan mendasar pada umumnya mengabaikan tujuan pengguna, akan tetapi permasalahan ini mulai berkembang di akhir tahun 1960 an pada penelitian dan monograf penting secara teoritis dan pronouncement yang didukung oleh organisasi seperti Persatuan Akunting Amerika (AAA), Institusi Akuntan Publik Bersertifikasi Amerika (AICPA), Badan Akuntansi (APB), dan Badan Standar Akuntansi Keuangan (FASB). Kenyataannya, kebutuhan dan tujuan pengguna menjadi sarana penghubung yang sangat penting untuk dokumen-dokumen semacam ini, banyak diantaranya berusaha untuk memalsukan teori yang solid yang mendasari standar akuntansi keuangan. Oleh karena itu, kita akan menguji secara kronologis (dengan satu pengecualian) laporan dan dokumen penting komite yang memunculkan tujuan dan standar pada pendekatan dalil dan dasar. Diskusi dan analisa kita akan melibatkan beberapa hal berikut ini:

Judul Diterbitkan oleh Tahun
Penjelasan Teori Akuntansi Dasar (ASOBAT) AAA 1966
Konsep dasar n Prinsip2 akt yang mendasari lapkeu Perusahaan APB 1970
Tujuan dari Laporan Keuangan AICPA 1973
(True Blood Committee Report)
Penjelasan Teori Akuntansi dan Penerimaan Teori (SATTA) AAA 1977

Kami menyimpulkan dengan membahas dua topic yang menerima perhatian khusus dalam laporan yang dibahas pada bab ini: (1) tujuan-tujuan pengguna dan (2) perluasan pengguna.

1.ASOBAT

ASOBAT mewakili perubahan penting dalam kinerja AAA. Hal tersebut membuat perbedaan yang sangat tajam dari empat pernyataan sebelumnya dan berbagai macam tambahan yang diterbitkan antara tahun 1936 dan 1964. Yang terakhir adalah arti dari deskriptif dan normatif yang menyatakan aturan-aturan umum atau pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mencatat transaksi dan untuk mempresentasikan laporan keuangan.

PERKEMBANGAN PENDEKATAN PENGGUNA
Definisi akuntansi yang dilontarkan oleh komite mewakili hal mendasar dari telah terjadi pada waktu sebelumnya. ASOBAT mendefinisikan akuntansi sebagai “….proses mengidentifikasi, mengukur, dan menginformasikan informasi ekonomi untuk memberikan ruang bagi penilaian dan keputusan untuk informasi tersebut yang dilakukan oleh pengguna (penambahan penekanan). Mungkin definisi yang paling disseminated terbangun pada tahun 1941 dan digunakan dalam Buletin Terminologi Akuntansi No 1 tahun 1953 yang menyatakan bahwa:

“Akuntansi merupakan seni mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas dengan cara yang sangat detail dan dalam hal uang, transaksi dan kejadian-kejadian yang merupakan bagian dari karakter keuangan dan menterjemahkan hasil yang didapat.”
Penekanan pada para pengguna dan kebutuhannya pertama kali muncul pada buku di tahun 1950an dan hal tersebut merupakan sejarah panjang akuntansi hingga sekarang.

ORIENTASI TERHADAP TEORI
Komite mendefinisikan teori sebagai “…satu kesatuan prinsip pragmatik, konseptual dan hipotetis yang membentuk kerangka umum referensi untuk studi lapangan.” Dalam mengaplikasikan definisi ini, sebaiknya melakukan tugas-tugas berikut ini:
1.Untuk mengidentifikasi bidang akuntansi sehingga generalisasi yang menguntungkan mengenai hal ini dapat terbentuk dan teori dapat dikembangkan.
2.Untuk memangun standar yang mana informasi akuntansi akan diuji.
3.Untuk mengarah pada peningkatakan dalam praktik akuntansi.
4.Untuk memberikan kerangka kerja yang berguna bagi peneliti akuntansi yang ingin memperluas kegunaan akuntansi dan cakupan subjek akuntansi sebagai kebutuhan dari perluasan masyarakat.

Perhatikan bahwa definisi teori yang diutarakan oleh ASOBAT merupakan cabang dari definisi yang dijelaskan pada Bab I. Definisi kami lebih luas karena tidak hanya mencakup ide-ide yang dikemukakan diatas akan tetapi juga pengaplikasian system penilaian dan juga kinerja empiris dalam akuntansi keuangan.
Definisi yang dikemukakan oleh ASOBAT secara khusus terkonsentrasi pada membuat kerangka kerja untuk mengevaluasi pendekatan-pendekatan sistematis untuk mencatat transasksi dan presentasi laporan keuangan yang disusun untuk pengguna. Oleh karena itu, konsentrasinya – dengan perangkat konseptual untuk mengevaluasi model akuntansi khusus dan aturan-aturan – adalah metateori akuntansi, bagian yang paling penting dari struktur teori untuk tujuan dan capaian informasi akuntansi. Metateori juga akan berkenaan dengan hambatan-hambatan tertentu pada informasi akuntansi yang terpublikasi dan juga penentuan kriteria atau garis pedoman untuk memilih alternatif lain.

TUJUAN AKUNTANSI
Karena akuntansi selalu berkenaan dengan kebutuhan pengguna, seperangkat tujuan terkait dengan kebutuhan pengguna terdapat pada urutan paling atas dari metateori. Tujuan-tujuan tersebut berupa serangkaian definisi, karakteristik kualitatif dan garis-garis pedoman yang mendukung yang akan memfasilitasi penerapan tujuan-tujuan tersebut. Akan tetapi walapun tujuan-tujuan tersebut penting, ASOBAT menjelaskannya secara singkat. Oleh karena itu, nampak bahwa ASOBAT berpendapat bahwa kerangka kerja standard an garis-garis pedoman bisa saja sangat independen dari tujuan-tujuan itu sendiri.
Walaupun ASOBAT memberikan definisi secara singkat, akan tetapi kita harus membahasnya dengan jelas disini. Keempat tujuan tersebut adalah:
1.Untuk membuat keputusan terkait dengan penggunaan sumber-sumber yang terbatas (termasuk identifikasi dari wilayah keputusan yang krusial) dan untuk menentukan tujuan dan capaian.
2.Untuk mengarahkan dan mengkontrol sumber-sumber materi dan manusia secara efektif.
3.Untuk menjaga dan melaporkan penjagaan sumber-sumber tersebut.
4.Untuk memberikan kontrol dan fungsi sosial.

STANDAR UNTUK INFORMASI AKUNTANSI
Empat standar untuk mengevaluasi akuntansi – relevansi, veriabilitas, terbebas dari bias, dan quantifiabilitas – berada pada jantung ASOBAT. Standar tersebut, garis pedoman yang saling berurutan untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi, dan tujuan tersebut dapat dipandang sebagai bagian dari sebuah metateori akuntansi. Sama halnya dengan bagian lain dari ASOBAT, standar tersebut nampak dimaksudkan untuk mengevaluasi informasi laporan keuangan yang terpublikasi. Akan tetapi mereka juga dapat dipergunakan oleh badan pembuat kebijakan untuk menilai aturan-aturan yang diajukan.

Relevansi
Relevansi terkait dengan kegunaan dalam membuat keputusan di tangan. Hal tersebut muncul secara langsung dari keempat tujuan tersebut untuk berbagai macam tipe informasi; dengan demikian, hal tersebut merupakan standar utama. Karena ada kelopok pengguna atau pengguna yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda yang membuat keputusan dalam konteks yang berbeda, relevansi bisa jadi merupakan maslaah utama dalam akuntansi. Akan tetapi, mendefinisikan relevansi lebih jauh berada di luar cakupan ASOBAT, menyimpan contoh yang sederhana dan nyata.

Verifiabilitas
Verifiabilitas sama dengan objektifitas yang telah dibahas pada Bab 1. Dengan demikian hal tersebut merupakan aspek penilaian. Bab 1 menyatakan bahwa pengukuran harus dipertimbangkan sebagai aspek teori akuntansi yang penting walaupun beberapa orang percaya bahwa mereka melibatkan domain yang berbeda. Pemilihan system penilaian dan juga aturan individu untuk sub system harus berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan relevansi. Akan tetapi, aspek pengukuran juga harus dipertimbangkan karena system dan metode penilaian yang mempunyai konsensus yang rendah (dalam hal kesepakatan antar pengukuran) mungkin harus dilewati melalui pendekatan-pendekatan yang kurang bermanfaat.
Dengan demikian, pemilihan metode tidak harus berdasarkan relevansi saja tanpa mempertimbangkan verifiabilitas, juga verifiabilitas tidak harus melebihi dari relevansi. Oleh karena itu, standar pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dari kerangka kerja metateori. Poin terakhir yang perlu dicatat di sini adalah bahwa verifiabilitas muncul untuk mendukung objektifitas sebagai istilah yang tepat untuk menggambarkan derajat consensus statistik antar pengukuran.

Bebas dari Bias
Standar ini perlu karena permasalahan keberagaman pengguna atau pengguna dan juga hubungan yang potensial antara manajemen (yang tentu saja bertanggung jawab atas presentasi laporan keuangan) dan pengguna eksternal. Tentu saja, bias susah digambarkan dan mungkin saja susah untuk dipecahkan. Contohnya, demi relevansi dan keterbukaan, sebuah perusahaan diminta untuk menghitung laporan keuangan atau catatan-catatan jumlah dari penilaian yang diharapkan dalam kasus hukum. Keinginan sebuah perusahaan – yang meminimalisir kerusakan hukum – akan bertentangan dengan standar relevansi dan keterbukaan karena keputusan pengadilan bisa dipengaruhi oleh pengakuan perasaan perusahaan dalam hal laporan keuangan.
Kebebasan dari bias merupakan ciri-ciri netral dari SFAC No. 2. Kenetralan mengacu pada orientasi badan pengaturan standar, dimana kebebasan dari bias terkait dengan persiapan laporan keuangan.

Kuantifiabilitas
Kuantifiabilitas nampak terkait dekat dengan teori pengukuran. Akan tetapi sementara pengukuran dan kuantifikasi penting bagi struktur metateori, ASOBAT nampak melangkan terlalu jauh dalam menekankan kuantifiabilitas: “… dapat dikatakan bahwa utamanya, jika bukan totalitas akuntan, adalah dengan quantifikasi dan data yang dapat dihitung.” Dorongan terhadap keterbukaan, yang datang dari literature hipotesis pasar yang efisien, mengarah keluar kuantifikasi. Satu permasalaham kecil dengan sebuah standar yang mengacu pada wilayah pengukuran umum adalah bahwa karena verifiabilitas adalah sebuah aspek dari teori pengukuran, verifiabilitas muncul sebagai sub quantifiabilitas.
Sebuah poin penting dilahirkan oleh ASOBAT pada sebuah pertanyaan kenapa akuntansi harus dibatasi pada jumlah tunggal dalam laporan keuangan. ASOBAT menyarankan untuk menggunakan cakupan dan juga penilaian ganda dalam penyusunan “sisi demi sisi”. Kemungkinan ini terlihat sebagai sebuah respon terhadap data yang dinaikan dan kebutuhan pengguna akan informasi dan dan terlihat sebagai solusi yang masuk akal terhadap permasalahan yang disebabkan oleh kelompok pengguna yang beragam. Lebih lanjut, mereka merupakan alat untuk memecahkan permasalahan pilihan antar metode akuntansi yang dihadapi oleh badan pembuat aturan. Akan tetapi, memberikan informasi lebih, yang dikenal sebagai ekspansi data, dapat membawa dampak kelebihan informasi pada sebagian pengguna. Beberapa usaha untuk mencegah permasalahan pilihan antar system atau metode penilaian dengan memberikan data lebih tergantung pada hal yang menghalangi proses informasi pengguna, poin tidak dibahas di ASOBAT.

GARIS PEDOMAN UNTUK MENGKOMUKASIKAN INFORMASI AKUNTANSI

Lebih lanjut terkait dengan empat standar tersebut, ASOBAT memberikan lima garis pedoman untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi:
1.Kelayakan penggunaan yang diharapkan
2.Keterbukaan hubungan khusus
3.Inklusi informasi lingkungan
4.Keseragaman praktik dalam dan antar satuan
5.Konsistensi praktik melalui waktu

Laporan itu sendiri mencatat bahwa ada overlap antara standard an garis pedoman walaupun hal tersebut tidak mendasar.

Kelayakan penggunaan yang diharapkan
Pada dasarnya, garis pedoman pertama mencatat standar relevansi untuk kebutuhan pengguna walaupun hal tersebut juga menyebutkan batas waktu presentasi. Kegunaan informasi dibahas juga oleh menejemen di sini.

Keterbukaan hubungan khusus

Walaupun judulnya seperti itu, garis pedoman ini terkait hanya dengan satu aspek permasalahan yang luas dari keterbukaan yang dibahas di Bab 5. Kaitannya adalah dengan permasalahan agregrasi data yang mana informasi penting mungkin terkubur atau tersembunyi dalam laporan keuangan. SFAS No. 14 dalam keterbukaan segmental merupakan satu pernyataan yang terkait dengan permasalahan ini.

Inklusi informasi lingkungan
Seperti yang digunakan di sini, informasi lingkungan mengacu pada kategori kondisi yang luas yang mana data dikumpulkan dan asumsi orang yang mempersiapkan mengacu pada kegunaan informasi tersebut, khususnya jika informasi ditujukan untuk tujuan khusus bukan untuk tujuan umum. Informasi lebih penting mungkin lebih tepat dimana informasi bisa diaplikasikan terhadap tujuan penggunaan khusus.

Keseragaman Praktik dalam dan Antar Satuan dan Konsistensi Praktik Melalui Waktu
Dua garis pedoman terakhir mengacu pada keseragaman dan konsistensi seperti yang dibahas pada Bab 5. ASOBAT berkonsentrasi pada tipe keseragaman yang muncul seperti yang telah dibahas sebelumnya. Keseragaman yang terbatas tidak bisa dicapai dengan membuatnya sebagai garis pedoman atau bahkan sebuah standar. Harus ada informasi khusus pada struktur teoritis, sebuah topic yang akan dibahas lebih lanjut pada Bab 9.

Kesimpulan
ASOBAT dapat dikritisi melalui cara yang bervariasi. Tentu saja, garis pedomannya tidak cukup untuk menjelaskan topic secara lengkap. Struktur metateoritisnya dapat dikembangkan dan menggunakan terminologi yang tepat. Akan tetapi ini adalah kritik. ASOBAT telah memberikan keuntungan dan pengaruh yang sangat penting dalam suksesi dokumen dan laporan, karena akan menjadi bukti pada bab ini dan bab selanjutnya.

2.LAPORAN KEUANGAN APB 4

Laporan Keuangan APB 4 muncul ketika pendekatakan dalil dan dasar telah berjalan dan tujuan dan standar pun muncul. Laporan tersebut dipublikasikan pada bulan Oktober 1970, tepatnya pada pertengahan tahun sebelum formasi komite Wheat and Trueblood. Pada waktu yang sama, APB berada pada masa yang sulit dimana selalu mendapatkan kritikan tajam seperti ketidaklayakan penelitian, kurangnya kebebasan anggotanya, dan kurangnya pemberdayaan kerja sebelum publikasi akhir.
Tujuan dari Laporan 4 adalah untuk menyatakan konsep dasar laporan keuangan untuk menjadi dasar pendapat APB. Tujuan yang diutarakan oleh Komite Khusus mengenai Pendapat untuk APB pada bulan Mei 1965 muncul pada saat APB terlihat akan melanjutkan permasalahan yang telah mulai muncul ke permukaan. Moonitz merasa bahwa laporan tersebut seharusnya sudah dikeluarkan sebagai sebuah pendapat bukannya sebuah laporan – “prinsip akuntansi yang diterima secara umum” yang dibuat dalam laporan tidak perlu dibeberkan. Akan tetapi, haruskah struktur teoritis – mengacu pada pembuat laporan – dipaksa oleh fiat? Penerimaan sebuah teori tidak bisa dengan mudah dimandatkan seperti yang akan kita lihat nanti pada bab ini.

ORIENTASI TERHADAP DEFINISI
Definisi Akuntansi
Laporan APB 4 yang dimulai dengan mendifinisikan akuntansi melalui trak yang diambil oleh ASOBAT yang berorientasi pada pengguna yaitu:
Akuntansi merupakan sebuah aktifitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberiknan informasi kuantitatif, utamanya adalah definisi keuangan, tentang kandungan ekonomi yang dimaksudkan untuk menjadi lebih berguna dalam membuat keputusan ekonomi (ditambah penekanan).
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa ASOBAT sangat menekankan pada perluasan pengguna. Para pengguna informasi keuangan dikelompokkan menjadi dua kelompok: yaitu mereka yang mempunyai keinginan langsung dalam perusahaan dan yang tidak mempunyai keinginan langsung. APB 4 membahas lebih jauh dibanding ASOBAT – yang cenderung lebih menutup mulut dalam permasalahan ini – dengan menyatakan bahwa para pengguna laporan keuangan harus yang berilmu dan harus memahami karakteristik dan batasan laporan keuangan. Akhirnya, dan dalam persetujuan dengan ASOBAT, APB 4 melihat laporan keuang sebagai sebuah tujuan umum yang berorientasi pada kelompok pengguna yang terbatas.
Definisi-definisi Lain
Walaupun janji itu ada, Laporan APB 4 sering kembali definisi yang tidak berguna. APB mendefinisikan asset, utang piutang, ekuitas pemilik, hasil, dan biaya sebagai “elemen dasar akuntansi keuangan”. Semua definisi ini (menyimpan ekuitas pemiliknya, yang merupakan sebuah residu) menyatakan bahwa mereka “….dikenal dan diukur dalam penyesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum. Akan tetapi laporan kemudian dibuat bahwa “…prinsip akuntansi yang diterima secara umum menggabungkan konsesus dalam jangka waktu tertentu karena sumber daya ekonomi dna obligasi harus dicatat sebagai asset dan utang piutang. Dengan demikian, terminologi akuntansi dasar sekali lagi didefinisikan sebagai suatu hal yang selalu terkait dengan praktik. Oleh karena itu, karena dokumen merupakan sebuah laporan bukannya pendapat dan dengan demikian membawa status pemaksaan lebih sedikit, keputusan yang tidak mempunyai posisi yang kuat sangat mengecewakan.

ASPEK-ASPEK LAIN LAPORAN APB 4

Walaupun ada aspek negatifnya, akan tetapi ada juga banyak aspek-aspek yang baik dari dokumen ini. Contohnya, fakta bahwa akuntansi merupakan sebuah pengukuran dicatat di pasal 67. Bagian pada tujuan-tujuan menggabungkan kinerja ASOBAT. Standar dan garis pedoman laporan tersebut telah dikombinasikan dan overlap dengan “tujuan kualitatif” laporan APB 4.
Tujuan-tujuan kualitatif terdiri dari relevansi, pemahaman, verifialibilitas, netralitas, batasan waktu, pembandingan dan kelengkapan. Yang disebutkan tadi nampak seperti “karakteristik qualitatif” dalam kerangka kerja konseptual. Tidak ada tingkatan hierarki pada laporan APB 4. Pada daftar di atas, ketepatan waktu dalam ASOBAT masih kurang. Laporan Keuangan APB 4 setuju pada ASOBAT dalam hal konflik yang mungkin terjadi antar tujuan (seperti relevansi dan reliabiliti) dan konflik tersebut merupakan permasalahan yang sangat rumit yang harus dipecahkan pada kerangka kerja metateoritis. Sementara Laporan APB 4 setuju dengan ASOBAT dalam hal kebutuhan akan keseragaman yang terbatas, laporan tersebut menjelaskan mengenai sukarnya mencapai tujuan ini. Akhirnya, Laporan APB 4, terlepas dari ASOBAT, terfokus pada pengembangan pendekatan yang berorientasi pada pengguna (bekerja pada wilayah ini sebelum ASOBAT mengambil alih).
Aspek-aspek lain dari Laporan APB 4 yaitu kurang inovatif. Bentuk dasar dari akuntansi keuangan merupakan pengulangan beberapa dalil dari ARS 1. Prinsip yang meresap dan kaidah dalam bagian itu pada prinsip akuntansi yang dapat diterima terdiri dari konsep-konsep yang merupakan pusat system pembiayaan historis. Demikian juga, bagian laporan yang tersisa, yang terdiri dari laporan prinsip pemilihan dan pengukuran dan presentasi laporan keuangan, tidak menghadirkan inovasi teoritis.

Kesimpulan
Bagian-bagian besar dari laporan APB 4 adalah laporan ulang mengenai kebijaksanaan konvensional pada waktu itu, sementara bagian lain memperkenalkan bahwa perubahan-perubahan evolusioner penting tersebut telah dimulai. Kebijaksanaan konvensional dinyatakan secara lengkap dan tegas. Pada kenyataannya, dokumen tersebut sering didukung oleh firma-firma akuntansi publik dalam makalah yang menyatakan posisi mereka dalam proposal yang bervariasi. Akan tetapi banyak bagian dari dokumen itu tidak terikat menjadi satu. Contohnya, sangat dipertanyakan apakah tujuan-tujuan, yang berasal dari ASOBAT, dapat diimplementasikan dengan berbagai macam prinsip-prinsip yang didapat dari badan akuntansi yang ada. Masalah ini lebih jauh dikupas dalam sebuah definisi. Dengan demikian, dokumen tersebut disebut-sebut menjadi sesuatu yang berharga bagi orang-orang. Namun demikian, mempertimbangkan segi positif dan juga fakta bahwa APB berada pada situasi yang sulit selama perumusan dokumen, APB telah memberikan tujuan yang berguna.

3.LAPORAN TRUEBLOOD

AICPA membentuk komite Trueblood pada bulan April 1971, pada saat ketika APB berada dibawah kritik tajam akan tetapi juga pada saat beberapa kemajuan sedang dibuat dalam hal memformulasi ulang struktur teori akuntansi. Komite tersebut mempunyai kuasa untuk menggunakan Laporan APB 4 sebagai sebuah alat untuk memperbaiki tujuan laporan keuangan sebagai bagian dari struktur metateoritis.
Komite menjelaskan satu persatu keseluruhan dari 12 tujuan akuntansi keuangan sebagai berikut:
1.Tujuan dasar laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi
2.Tujuan laporan keuangan adalah untuk melayani para pengguna yang mempunyai kekuasaan, kemampuan atau sumber daya yang terbatas untuk mendapatkan informasi dan yang tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber informasi utama mereka mengenai aktifitas ekonomi perusahaan.
3.Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi arus kas yang potensial bagi mereka dalam hal jumlah, waktu, dan hal yang tidak pasti terkait dengan hal tersebut diatas.
4.Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para pengguna untuk dapat memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan perusahaan.
5.Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam menilai kemampuan manajemen dalam menggunakan sumber daya perusahaan secara efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
6.Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi aktual dan akurat mengenai transaksi dan kejadian-kejadian lain yang berguna dalam rangka memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan perusahaan. Asumsi mendasar mengenai mengenai interpretasi, evaluasi, prediksi atau estimasi harus dibuka.
7.Tujuannya adalah untuk memberikan laporan posisi keuangan, yang berguna untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pendapatan perusahaan. Laporan ini harus memberikan informasi terkait dengan transaksi perusahaan dan kejadian-kejadian lain yang merupakan bagian dari siklus pemasukan yang tidak lengkap. Nilai-nilai terbaru harus dilaporkan ketika mereka berbeda secara signifikan dengan pengeluaran. Asset dan utang piutang harus dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan ketidakpastian jumlah dan waktu realisasi prospektif atau likuidasi.
8.Tujuannya adalah untuk laporan pemasukan berkala yang berguna untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan perusahaan. Hasil bersih dari siklus pemasukan yang lengkap dan aktifitas perusahaan yang menghasilkan kemajuan terhadap siklus yang lengkap dan yang tidak harus dilaporkan. Perubahan nilai yang tercermin pada laporan posisi keuangan harus dilaporkan akan tetapi secara terpisah karena mereka berbeda dalam hal kepastian realisasi.
9.Tujuan lainnya adalah untuk memberikan laporan aktifitas keuangan yang berguna untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan perusahaan. Laporan ini harus melaporkan pada aspek faktual dari transaksi perusahaan yang memiliki atau yang diharapkan memiliki konsekwensi kas yang signifikan. Laporan ini harus melaporkan data yang membutuhkan penilaian minimal dan dan interpretasi oleh orang yang mempersiapkannya.
10.Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk proses yang dapat diprediksi. Prediksi keuangan harus diberikan ketika mereka akan meningkatkan reliabilitas prediksi para pengguna.
11.Tujuan laporan keuangan bagi organisasi pemerintah dan organisasi yang tidak berorientasi pada keuntungan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kefektifan manajemen sumber daya dalam mencapai tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja harus dihitung untuk menentukan tujuan.
12.Tujuan laporan keuangan adalah untuk melaporkan pada aktifitas perusahaan yang mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan dan digambarkan atau diukur dan yang penting terhadap peran perusahaan dalam lingkugan sosialnya.
Komite tidak mengurutkan tujuan-tujuan tersebut di atas, akan tetapi sebuah penelitian oleh Anton dan penelitian lain oleh Sorter dan Gans mengurutkan tujuan-tujuan tersebut dalam sebuah kerangka kerja hierarkis. Sorter dan Gans, perlu dicatat, merupakan sutradara penelitian dan sutradara administratif Staff dan Kelompok Studi. Tabel 6-1 menunjukkan urutan yang dibuat oleh Sorter dan Gans. Urutan yang dibuat oleh Anton hampir seluruhnya sama dengan yang dibuat oleh Sorter dan Gans.

Kesimpulan

Laporan Trueblood juga mengandung sebuah bab singkat mengenai “karakteristik kualitatif laporan” berdasarkan pada standar dan garis pedoman ASOBAT dan tujuan kualitatif Laporan APB 4. Kemudian, ada bab yang singkat akan tetapi sangat berguna pada system penilaian akuntansi yang beragam. Laporan tersebut mengungkapkan kepercayaan bahwa dasar penilaian yang berbeda sangat tepat untuk asset dan hutang yang berbeda.
Akan tetapi pada definisi tujuan laporan keuangan bahwa laporan harus dievaluasi. Kritik telah mengarah pada bahwa tujuan-tujuan tersebut harus jelas dan tidak mengkhususkan tujuan operasional yang bisa diterapkan dalam praktik. Kritik tersebut memang sangat benar akan tetapi juga tidak relevan. Tujuan-tujuan ini menghadirkan sebuah langkah yang penting yang diambil untuk membangun kerangka kerja konseptual yang berarti dari tujuan-tujuan tersebut.
Akhirnya, sangat penting untuk dicatat bahwa Laporan Trueblood menekankan pentingnya arus kas terhadap pada pengguna dan hubungan antara penilaian kekuatan pendapatan terhapad arus kas di masa yang akan datang. Orientasi kekuatan pendapatan terhadap pemasukan bahwa pemasukan ekonomi merupakan perubahan pada nilai saat ini dari arus kas pada masa yang akan datang yang dihitung pada nilai yang tepat (pendekatan arus kas yang tidak penting diilustrasikan pada Bab 1)

4.SATTA

SATTA dibentuk oleh Komite Eksekutif AAA pada tahun 1973. Tujuannya sama dengan pembentukan ASOBAT adalah untuk memberikan sebuah survey buku akuntansi keuangan pada masa sekarang ini dan pernyataan dimana profesi berdiri terkait dengan teori ekonomi. Laporan tersebut mencapai tujuannya dengan sangat mengagumkan. Akan tetapi, hasilnya tidak menyenangkan bagi ahli teori ekonomi dan para pembuat kebijakan.
Dalam rangka lebih memahami SATTA, sangat perlu juga untuk memahami hubungannya dengan ASOBAT. Tentu saja, kedua dokumen tersebut merupakan produk dari komite AAA yang mempunyai garis pedoman yang sama. ASOBAT berusaha untuk mengembangkan garis pedoman metateoritis yang sama untuk evaluasi system penilaian dan informasi akuntansi. Di lain pihak, SATTA mempertimbangkan banyak system penilaian akuntansi dan juga pertimbangan teoritis yang lain dan memberikan alasan kenapa mungkin mengembangkan kriteria yang akan memungkinkan profesi secara tidak sama menerima system penilaian tunggal untuk akuntansi. Kemudian, dampaknya, SATTA merupakan dokumen yang member peringatan dalam hal kemungkinan untuk mengadopsi teori penilaian yang lain.

PENDEKATAN-PENDEKATAN TEORI DALAM AKUNTANSI

Pendekatan Klasik

SATTA secara efektif mengkategorikan system penilaian yang beragam yang dijelaskan dalam literature. Sistem-sistem yang lama diklasifikasikan sebagai “pendekatan-pendekatan klasik terhadap perkembangan teori”. Kebanyakan dari pendekatan tersebut dikategorikan sebagai normatif dan deduktif dan sebagai suatu hal tidak berbeda terhadap kebutuhan pengguna akan keputusan walaupun pihak pengembang model berpendapat bahwa model mereka merupakan model unggulan guna bersaing dengan model alternatif. Dalam beberapa kasus, para penulis klasik (kuno) menggunakan apa yang SATTA sebut dengan pendekatan induktif, akan tetapi “induktif” dalam pengertian khusus – sebuah pengumpulan fakta dari literatur akuntansi itu sendiri dan juga dari beberapa observasi praktik – bukan dalam pengertian review sistematis dan analisa praktik yang biasa.


Pendekatan Kegunaan Keputusan
Antar pendekatan kontemporer terhadap terhadap teori akuntansi merupakan bagian luas penilitan yang telah terkonsentrasi pada pengguna laporan akuntansi, keputusan mereka, kebutuhan informasi, dan kemampuan memproses informasi. Pendekatan kegunaan keputusan telah lebih jauh didikotomisasikan ke dalam model keputusan dan pembuat keputusan.

Orientasi Model Keputusan
Kerangka kerja metatoeritis (atau bagian-bagiannya) yang dikembangkan dalam ASOBAT dan laporan Trueblood merefleksikan orientasi model keputusan. System yang termasuk dalam kategori ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mereka normative dan deduktif karena system teoritis harus memenuhi, sedekat mungkin, criteria kerangka kerja metateoritis; (2) beberapa bentuk relevansi dari keputusan-keputusan tertentu ditekankan oleh kelompok pengguna tertentu; dan (3) criteria relevansi merupakan alat dalam mengukur asset, liabilities dan transaksi pemasukan.
Pendekatan model keputusan selalu berasal dari model keputusan investasi formal, seperti arus kas yang tidak penting. Karena pendekatan model keputusan dianggap layak untuk mengkomunikasikan informasi relevan dalam pembuatan keputusan, permasalahan yang agak tidak menyenangkan muncul jika pengguna tidak memahami system ini. Paling tidak, pengguna harus terdidik untuk memahami metode tersebut, sebuah argument yang terkait dengan kerangka kerja formatif dari pendekatan. Akan tetapi, tugas memilih model dan menerapkannya pada pengguna, khususnya jika mereka tidak memahaminya, sangatlah luar biasa.

Orientasi Pembuat Keputusan
Poin utama mengenai orientasi pembuat keputusan adalah bahwa orientasi ini lebih bersifat deskriptif dibandingkan normative karena orientasi tersebut mencoba untuk mencari tahu informasi apa yang sebenarnya digunakan atau diinginkan. Dengan demikian, penelitian yang termasuk kategori pembuat keputusan juga bersifat induktif (empiris). Banyak dari penelitian tingkah laku yang disebut pada Bab 2 termasuk kategori pembuat keputusan.
Walaupun banyak informasi penting telah datang dari penelitian yang sedikit luas yang dilakukan dengan pendekatan ini, akan tetapi tidak ada posisi yang kuat yang muncul untuk metode penilaian (seperti yang akan dilihat pada Bab 13, pembeberan biaya saat ini pada SFAS No. 33 tidak dipahami secara baik oleh pengguna). Di lain pihak, karena pendekatan model keputusan bersifat normative, pendekatan tersebut telah menghasilkan advokasi untuk system penilaian tertentu.

Pendekatan Ilmu Ekonomi Informasi

Ilmu ekonomi informasi seperti yang diterapkan pada teori akuntansi tidak berkaitan langsung dengan system penilaian alternative. Malah, terkait dengan permasalahan biaya dan keuntungan yang timbul dari produksi dan kegunaan informasi. Dengan demikian, informasi akuntansi dilihat sebagai sebuah barang ekonomi, sebuah pandangan yang sebelumnya tidak dipertimbangan dalam formulasi teori.

DEFISIENSI PENDEKATAN SAAT INI TERHADAP TEORI

Pesan yang lebih penting dari SATTA berkaitan dengan kenapa kita tidak bisa mencapai akhir teori – penerimaan system penilaian tertentu – pada saat ini. Analisis kami pada aspek SATTA ini akan mewakili permasalahan yang paling penting yang timbul (dari standpoint teori akuntansi).
Mungkin, masalah mendasar yang diangkat oleh SATTA adalah keberagaman pengguna dalam hal keputusan dan kebutuhan informasi mereka yang berbeda. Baik ASOBAT dan Laporan APB 4 menghadirkan fakta bahwa banyak kelompok pengguna membutuhkan informasi demi tujuan pembuatan keputusan. Salah satu reaksi ASOBAT terhadap permasalahan ini adalah untuk membutuhkan pengukuran ganda. Akan tetapi, ada batasan terhadap kemampuan pengguna untuk menyerap dan memproses informasi tambahan, sehingga ekspansi data tidak dapat terserap secara utuh. Di lain pihak, laporan Trueblood membangun premis agak awal sementara ada kelompok pengguna lain, mereka mempunyai keputusan dan kebutuhan informasi yang sama. Seperti ASOBAT, laporan Trueblood terkait dengan memberikan bagian kerangka kerja metateoritis untuk mengevaluasi system dan metode teoritis dari sudut pandang normatif. Dengan demikian, Laporan Trueblood juga terkait dengan sekolah bermodel keputusan.

SATTA jauh lebih pesimis dibandingkan dengan Laporan Trueblood mengenai keputusan dan informasi baik antar atau sesama kelompok pengguna. Diagram Venn mengilustrasikan perbedaan antara homogenitas pengguna dan keberagaman pengguna dalam hal kebutuhan informasi (lihat Table 6-2). Lingkaran-lingkaran tersebut menggambarkan kelompok pengguna dan kebutuhan informasi mereka. Ada tingkat overlap yang besar pada bagian homogenitas pengguna yang tinggi pada diagram dan jauh lebih sedikit di lain bagian.
Keberagaman informasi dan kebutuhan memberikan situasi yang sangat sulit. Laporan dan penyingkapan keuangan perusahaan merupakan barang bebas. Para pengguna tidak mambayar para pemersiap (orang yang mempersiapkan) untuk informasi yang diterima, dan informasi tersebut tersedia secara maya untuk siapa saja yang memang benar-benar menginginkannya. Oleh karena itu, informasi akuntansi lebih merupakan barang publik dibandinkan barang pribadi. Seandainya informasi akuntansi tersebut merupakan barang pribadi, informasi yang dibutuhkan akan menjadi barang yang mudah diubah bagi tipe solusi pasar; hal tersebut akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Keberagaman pengguna yang diberikan dan karakter barang publik dari informasi keuangan, formulasi standar akuntansi dan metode yang diwajibkan mencapai kebuntuan. Memberikan sejumlah informasi akuntansi dibandingkan dengan yang lain berarti bahwa sejumlah pengguna sedang dibahayakan oleh kelompok pengguna yang lain. Terlebih lagi, satuan informasi akuntansi yang berbeda menyebabkan berbedanya harga, yang lagi-lagi berarti bahwa beberapa orang teraniaya. Dengan demikian, jika penilaian diadaptasikan yang menyatakan bahwa organisasi yang membuat kebijakan seharusnya tidak bertindak yang membuat satu kelompok berada di atas yang lain, jika begitu formulasi kebijakan akuntansi menjadi betul-betul kaku. Dengan demikian, SATTA memberikan prospek yang tidak menyenangkan untuk penutupan teori.
SATTA berusaha untuk menggambarkan status teori akuntansi keuangan seperti pada di akhir tahun 1970an. Kami tidak bermaksu untuk membantah kesimpulan yang dibuat oleh SATTA; walaupun begitu beberapa pernyataan dinyatakan sesuai urutan. Asumsi bahwa kebutuhan informasi pengguna itu beragam jauh dari betul. Penelitian empiris sangatlah diperlukan untuk memberikan titik terang pada pertanyaan penting ini.
Dukungan kuat untuk optimalitas Pareto juga mengundang pertanyaan. Dalam sebuah situasi keberagaman masyarakat, akan sangat tidak mungkin bagi organisasi pembuat keputusan untuk setuju dengan criteria optimalitas Pareto. Pareto sendiri, ahli ekonomi dari Italia yang terkenal, tidak menemukan pendekatan optimalisasinya sebagai aturan keputusan tunggal. Mungkin apa yang dibutuhkan diaplikasikan pada organisasi yang membuat kebijakan untuk mengontrol tindakan mereka agar supaya mencapai barang yang paling luar biasa untuk jumlah individu yang luar biasa. Bahkan tidak terbantahkan peringanan kendali Paretian masih meninggalkan tugas yang berat bagi organisasi seperti FASB.

Kesimpulan

SATTA sebuah sintesa literature akuntansi keuangan teoritis yang sangat luar biasa. Juri masih mempunyai pertanyaan mengenai keberagaman kebutuhan informasi dan aplikasi optimalisasi Pareto, akan tetapi sangat sulit untuk beradu argumentasi dengan kesimpulan yang dibuat oleh SATTA. Kami tidak dapat mengharapkan para ahli teori akuntansi untuk mengembangkan kerangka kerja yang akan secara menyeluruh memuaskan. Pada gilirannya, kita dapat mengharapkan pernyataan dan visualisasi kelompok yang membuat aturan, seperti FASB, yang diajukan dalam pengaturan pasar yang tidak lengkap, untuk dipenuhi dengan antusiasme penuh. Dengan demikian situasi paradoks muncul. Sebuah dokumen penting yang ditulis oleh yang terhormat kelompok pendidik mengambil pandangan peran yang sangat pesimistis dan kemungkinan formulasi teori akuntansi pada saat yang sama bahwa kerangka kerja konseptual – sebuah dokumen teoritis – dimulai oleh badan yang membuat aturan.

B.TUJUAN DAN KEBERAGAMAN PENGGUNA

1.TUJUAN PENGGUNA

Pencarian tujuan pengguna telah dirumitkan dengan adanya masalah keberagaman pengguna yang dibahas dalam laporan SATTA. Dalam bab ini, kita akan secara ringkas membahas tujuan mayor dan minor laporan perusahaan dan kemudian mengkaitkan permasalahan keberagaman pengguna pada tujuan-tujuan tersebut.
Tujuan-tujuan pengguna tersebut menyatakan pada dokumen-dokumen seperti Laporan Komite Trueblood dan SFAC No.1 sangat umum dan luas. Sayangnya, hanya beberapa jumlah penelitian akuntansi yang terbatas focus pada masalah ini. Namun demikian, nampak di sana ada dua wilayah utama dimana informasi yang luas bisa diaplikasikan kepada banyak kelompok pengguna. Yang pertama mengacu pada tujuan kemampuan prediktif. Kedua adalah perluasan penjagaan yang disebut akuntabilitas. Kedua tujuan tersebut dapat dibagi menjadi berbagai macam sub kategori. Akan tetapi, pembahasan kita terpatok pada aspek dasar masing-masing tujuan.

KEMAMPUAN PREDIKTIF
Kegunaan data-data akuntansi sebagai sebuah bantuan untuk memprediksikan variable-variabel di masa yang akan datang dalam konteks pasar modal sangatlah efisien (informasi baru dengan cepat direfleksikan dalam harga keamanan) menjadi sangat penting dalam penelitian akuntansi dan akan diuji pada Bab 8. Walapun efisiensi pasar mensahkan tujuan kemampuan prediktif, akan tetapi tugas FASB masih satu yanitu memilih alternative akuntansi yang bersaing dalam sebuah konteks di mana keuntungan standar ekonomi harus melampui harganya.
Berbagai macam studi baru-baru ini berusaha menggunakan data akuntansi untuk memprediksi variable yang akan datang. Satu kelompok studi telah berusaha untuk memprediksikan pendapatan yang akan datang dengan dasar jumlah pemasukan pada masa lampau dan sekarang. Salah satu tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan bukti terkait dengan apakah pendapatan biaya historis, pendapatan yang ditambahkan tingkat harga umum, atau pendapatan nilai saat ini merupakan predictor yang lebih baik. Studi ini menandakan bahwa biaya historis nampak sebagai prediktor yang sebagus dua metode lainnya.
Akan tetapi, Revsine telah menganggap bahwa pendapatan itu sendiri sebagai sebuah “artefak”. Dalam hal ini, artefak mengacu pada sebuah angka, determinasi yang berdasarkan pada aturan yang dipertanggungjawabkan dari pada kepercayaan terhadap hal yang sedang diukur. Dengan demikian, karena ada kebebasan dalam memilih metode-metode alternativf (yang dikombinasikan dengan keinginan manajemen yang potensial terhadap pedapatan yang lancer), tidak mengherankan jika pendapatan historis muncul sebagai predictor yang yang lebih baik pada dirinya sendiri dibandingkan dengan metode pengukuran pemasukan lainnya yang nampak berisi angka-angka yang lebih relevan. Revsine juga berpendapat bahwa karena pendapatan merupakan “benda artefak” pusat prediksinya tersandar pada kemampuan untuk mengantisipasi kejadian nyata, seperti arus kas yang akan datang. Akhirnya, karena kejadian yang nyata itu sendiri cukup tidak tetap, prediktornya juga harus tidak tetap juga, sementara penelitian yang dibahas diatas benar-benar menguji permasalahan kelancaran pedapatan.
Banyak sekali studi yang baru focus pada kemampuan prediktif dua set angka yang dihasilkan akuntansi: pengumuman pemasukan sebagai predictor pendapatan tahunan dan rasio keuangan sebagai predictor kebangkrutan. Pada kedua kasus tersebut, data akuntansi – seperti yang diharapkan – sangat berguna dalam proses memprediksi. Akan tetapi satu catatan bahwa studi-studi ini telah menggunakan model-model tertentu sebagai bagian proses kemampuan prediktif. Hanya pengguna yang menggunakan metode yang sama yang test kemampuan prediktifnya dapat diandalkan. Tentu saja, alternatifnya melibatkan usaha untuk mendidik pengguna mengenai apa yang menjadi model prediktif terbaik – tugas, seperti yang dicatat sebelumnya – yang bisa saja sangat sulit. Poin lain yang perlu diingat adalah bahwa metode penilaian dan pendapatan merupakan yang terbaik untuk satu tujuan seperti kemampuan prediktif, mungkin saja bertentangan dengan tujuan lain, seperti yang akan dibahas pada Bab 7.

AKUNTABILITAS
Kami menggunakan kata akuntabilitas untuk mengartikan konsep yang lebih luas dibaningkan konsep penjagaan yang lebih sempit, yang utamanya terkait dengan penjagaan asset. Arti yang dikemukakan oleh Ijiri ini mengikuti kegunaan – tanggung jawab manajemen terhadap laporan dalam mencapai tujuan untuk pemanfatan sumber daya perusahaan yang efisien dan efektif. Pengukuran yang berdasarkan tujuan akuntabilitas akan melibatkan pemasukan per pembagian dan pengembalian investasi dan komponen-komponennya (capital turnover dan profit margin). Pertanyaan system penilaian memberikan input terbaik dan pengukuran yang lainnya yang berorientasi pada akuntabilitas sangatlah penting. Contohnya, Ijiri membuat kasus yang kuat untuk biaya historis (termasuk kemungkinan penambahan level harga umum).
Kemampuan prediktif dan akuntabilitas merupakan tujuan yang terpisah. Salah satu terkonsentrasi pada data yang akan berguna dalam menilai prospek di masa yang akan datang, sementara yang lain terfokus pada mengevaluasi kinerja perusahaan. Antara dua tujuan ini, tentu saja ada kaitannya. Seberapa bagus sebuah perusahaan melakuakn suatu pekerjaan dapat menjadi input yang penting bagi tujuan prediktif. Akan tetapi, seperti yang dinyatakan sebelumnya, kami percaya bahwa ada konflik antara kemampuan prediktif dan akuntabilitas; yang akan lebih jauh dibahas pada Bab 7. Dengan demikian, informasi yang sama mungkin tidak bisa diaplikasikan untuk masing-masing tujuan.
Akuntabilitas mulai menerima lebih banyak perhatian sebagai pengganti yang masuk akal untuk tujuan kemampuan prediktif. Ijiri mengumpulkan kerangka kerja konseptual yang diatur untuk akuntabilitas. Objektifitas dan verifiabilitas akan menjadi komponen penting kerangka kerja ini. Williams dan Pallot menekankan kebutuhan akan keadilan. William membuat poin yang akan dibuat dengan lebih kuat pada bab 7: akuntabilitas terkait dengan ekuitas antar kelompok yang bersaing dan klaim terhadap distribusi pemasukan dan kekayaan, keduanya terkait dengan keadilan. Akan tetapi, kegunaan keputusan (kemampuan prediktif) tidak dilandaskan pada hal yang sama. Pallots menganggap bahwa ada dua konsep keadilan: (1) pendekatan individu yang terkait dengan hak, kontrak dan usaha individu dan kontribusi dan (2) pendekatan komunitarian yang lebih berdasarkan pada kesamaan dan kebutuhan. Kedua konsep tersebut harus dipertimbangkan dalam dokumen yang bertipe kerangka kerja konseptual. Akan tetapi pertanyaan mengenai tujuan merpakan puncak yang terkait dengan pembuat standar.

TUJUAN SEKUNDER
Kami melihat dua tujuan pengguna di mana informasi akuntansi benar-benar berguna. Mereka jauh lebih sempit dibandingkan dengan konsep kemampuan prediktif dan akuntabilitas. Salah satunya merupakan pengukuran perawatan modal yang memberikan informasi mengenai jumlah deviden yang dapat dibayarkan selama satu periode tanpa mengembalikan modal kepada pemegang saham. Hal ini secara detail dijelaskan pada bab 1. Tujuan objektif lainnya pengukuran pengadaptasian. Tujuan ini terkait dengan pengukuran likuiditas total yang tersedia untuk perusahaan. Berdasarkan definisi, hal ini ditentukan dengan mengukur nilai keluar asset perusahaan yang dikurangi hutang perusahaan. Pendekatan nilai keluar diiilustrasikan pada Lampiran 1-A. laporan pendapatan dibawah pendekatan nilai keluar Dewan menjadi proponen dasar system ini dan juga tujuan ini, walaupun Sterling juga telah membelanya.
Ukuran likuiditas total yang tersedia untuk sebuah perusahaan tentu saja mempunyai beberapa relevansi, akan tetapi kami menganggap bahwa pengadaptasian tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan kemampuan prediktif dan akuntabilitas. Perusahaan yang sukses mungkin hanya akan menggunakan porsi kecil dari likuiditas total yang tersedia selama periode singkat tertentu. Pengukuran pengadaptasian akan jauh lebih penting terhadap pemilik perusahaan kecil dan kreditor jangka pendek. Konsekwensinya, pendekatan adaptif nampak lebih dekat terkait dengan teori kelayakan dari pada teori kesatuan. Pendekatan nilai keluar nampak mempunyai kegunaan yang terbatas bagi kemampuan prediktif dan tujuan akuntabilitas. Tentu saja, Dewan menyangkal bahwa figure akuntansi dapat mempunyai beberapa relevansi untuk tujuan prediktif.
Kami telah membahas keempat tujuan ini dalam cakupan yang luas. Pengujian permasalahan yang lebih rinci, seperti atribut yang harus diukur dan system penilaian yang harus digunakan, juga harus dipertimbangkan dalam dokumen yang bertipe konseptual. Akan tetapi, pertanyaan mengenai tujuan-tujuan merupakan konsentrasi para pembuat standar. Yang paling dekat dengan permasalah tujuan laporan keuangan adalah pertanyaan mengenai keberagaman pengguna.

2.KEBERAGAMAN PENGGUNA

Tidak terbantahkan, ada jumlah pengguna laporan keuangan yang beragam dan luas. Akan tetapi yang tidak jelas adalah apakah kebutuhan informasi mereka akan berbagai macam jenis tujuan dapat dipuaskan oleh laporan yang bertujuan khusus. Daftar kelompok pengguna tentu saja panjang dan akan melibatkan:
1.Pemegang saham
2.Kreditor
3.Analis dan penasihat keuangan
4.Pekerja
5.Persatuan buruh
6.Konsumen
7.Supplier
8.Asosiasi perdagangan industry
9.Agen pemerintah
10.Kelompok yang menampung keinginan publik
11.Peneliti dan pembuat standar


C.RINGKASAN

Berdasarkan pembahasan yang secara detail disampaikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan harus relevan terhadap tujuan pembuatan keputusan. Sebagai hasilnya, badan pembuat standar beralih dari orientasi dalil dan dasar dan ke orientasi standard dan tujuan.
ASOBAT merupakan dokumen pertama yang berdasarkan orientasi baru terhadap relevansi pengguna. Akan tetapi dokumen tersebut memberikan detail lebih jauh mengenai relevansi pengguna. Laporan Keuangan APB 4 menambah penekanan pada relevansi pengguna, walaupun ini merupakan campuran yang aneh antara pendekatan lama dan pendekatan baru karena faktanya bahwa dokumen tersebut muncul pada saat transisi. Sudah jelas bahwa APB akan diganti akan tetapi suksesornya tidak tampak jelas.
Laporan Trueblood merupakan laporan pertama yang mengarahkan permasalahan tujuan pengguna secara objektif. Akan tetapi, walaupun laporan tersebut menjelaskan akuntabilitas dan kemampuan prediktif, pembahasannya belum sampai pada taraf operasional. Akan tetapi, laporan awal tipe ini tidak bisa berbuat banyak selain mengarahkan pada usaha yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
SATTA didirikan pada tahun 1970 an sementara ASOBAT didirikan pada tahun 1960an. Keduanya merupakan produk dari komite AAA yang bertujuan untuk meringkas “seni” terkait dengan teori akuntansi. SATTA berpendapat bahwa pilihan antara teori ekonomi (system penilaian) tidak bisa dipenuhi pada saat itu karena keberagaman tujuan dan kebutuhan informasi yang berbeda.
Permasalahan krusial yang dibahas di bab ini terkait dengan apa tujuan laporan keuangan, atau paling tidak sejenisnya, dan kebutuhan informasi dari pengguna yang beragam akan laporan keuangan. Konsensus nampak bahwa tujuan utama tersebut adalah kemampuan prediktif dan akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan sebuah ekstensi dari tujuan penjagaan tradisional menjadi pemanfaatan sumber daya perusahaan yang efektif dan efisien yang dilakukan oleh manajemen. Tujuan minor adalah pengukuran penjagaan modal dan pengadaptasian. Pengadaptasian paling tepat ditentukan oleh penilaian aset keluar. Antar tujuan ini, ada konflik yang potensial. Apa yang bisa kita katakan mengenai keberagaman pengguna adalah walaupun kelompok pengguna itu beragam, akan tetapi belum terbukti bahwa kelompok tersebut mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda.